MENABUNG & RENCANA KEUANGAN KELUARGA

MENABUNG & RENCANA KEUANGAN KELUARGA

Membangun rencana keuangan keluarga pada kenyataannya tidak semudah membalikan telapak tangan. Banyak sekali hambatan & tantangan yang ditemui dalam perjalanannya, hanya keluarga yang telah memiliki kesadaran yang kuat, tekad yang kuat & konsistensi yang tinggilah yang akan mencapai puncak pencapaian.
Kunci kesuksesan sepenuhnya ada pada diri kita masing-masing sebagai anggota keluarga, terutama pada diri pencari nafkah atau kepala keluarga.
Namun demikian, tidak ada salahnya saya menyampaikan kembali sedikit & sesederhana mungkin mengenai gambaran rencana keuangan. Semoga bagi Anda yang sudah mengetahui sebelumnya menjadi lebih yakin & semakin menyadarinya, dan bagi Anda yang ‘kebetulan’ baru mendengarnya menjadi sadar dan tergerak untuk membangun rencana keuangan keluarganya saat ini juga.


Dua aturan pokok rencana keuangan keluarga dalam mengatur pendapatan:

1. Minimal 30% ditabungkan
(jika belum memungkinkan, boleh saja 20%nya untuk bayar utang, jadi minimal 10% harus ditabungkan)

2. Selebihnya (70%), digunakan untuk tagihan rutin & biaya hidup
Masyarakat Babilonia yang terkenal kaya & sejahtera selalu menerapkan dua hal tersebut. Bagaimana jika kondisi pembagian keuangan kita saat ini tidak seperti di atas? Maka mau tidak mau, suka tidak suka, jika ingin keuangan kita semakin membaik maka kita harus melakukan 2 langkah solusi :


Biasanya, yang langsung dapat kita lakukan adalah langkah pertama, yaitu kita efesiensikan & efektifkan pengeluaran kita. Selanjutnya kita cari jalan (yang halal tentunya) untuk dapat menambah penghasilan kita. Jika hukum 30/70 di atas sudah dilakukan, maka (InsyaAllah) kondisi keuangan kelurga akan terus semakin membaik sehingga berapapun utang kita akan bisa dilunasi & berapapun uang yang ingin kita kumpulkan akan terkumpul, tinggal masalah waktunya saja.
Jadi jika saat ini penghasilan Anda (take home pay) adalah Rp. 5.000.000,- maka yang sebaiknya ditabungkan adalah 30% x 5.000.000 = Rp. 1.500.000,-. Hah?... besar juga ya?... ya, memang lumayan besar, apalagi menurut masyarakat kita yang tidak terbiasa menabung & biasa menghabiskan seluruh gaji bulanannya.
Dari Rp. 1.500.000,- tersebut sebaiknya dibagi menjadi tabungunan jangka pendek, sedang & jangka panjang. Misalkan Rp. 750.000 untuk jangka pendek & setengahnya lagi untuk jangka panjang.

Selanjutnya mari kita lihat apa manfaatnya jika kita menabung lebih awal & dilakukan dengan konsisten. Berikut adalah cerita tentang Pak Siap & Pak Telat :
Pak Siap sudah mulai menabung sejak usia 30 tahun, sementara pak Telat karena ‘keseringan’ berpikir “ah, nanti saja kalau sudah longgar”, “nanti saja kalau cicilan sudah lunas”, “nanti saja, nanti saja & nanti saja” maka ia baru menabung di usia 35 tahun.
Kita lihat berapa dana yang harus dikeluarkan oleh Pak Siap & Pak Telat agar memperoleh nilai yang sama Rp. 500 juta di usia 50 tahun (asumsi rate 12%) :


Ternyata untuk memperoleh nilai 500 juta di usia 50 tahun, Pak Siap hanya mengeluarkan 105 juta, sementara Pak Telat harus mengeluarkan 168 juta, selisih 63 juta.
Hanya karena gara-gara menunda menabung dalam 5 tahun Pak Telat sudah ‘nombok’ 63 juta untuk hasil yang sama dengan Pak Siap di usia 50 tahun. Jika dirata-ratakan per tahun-nya Pak Telat sudah ‘rugi’ = 63 juta/5 tahun = 12,6 juta per tahun!!! atau ‘rugi’ nilai sebesar 1 juta per bulan!!!

Dari tabel tersebut terlihat bahwa Pak Siap hanya menabung 875 ribu/bulan, tetapi Pak Telat harus menabung 1,4 juta/bulan dengan masa menabung yang sama yaitu 10 tahun.
Semakin besar nilai akhir yang ingin Anda capai, maka semakin besar pula kerugian jika Anda menunda memulainya dari sekarang. Jika demikian, masihkah Anda ingin menunda menabung??? Apapun alasannya.

Baca juga artikel lain mengenai SOLUSI CERDAS KEUANGAN KELUARGA di bawah ini:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar